ANNOUNCEMENT !!

Please read page About This Blog to know the rules of this blog. You can join this blog and send your fiction! Thanks for visit.

- E.L.F -

4.03.2010

My Past Future


Author : Karlie & Lana
Chapter : 1
Part : 6
Main Cast : Donghae, Yuna, Onew
Support Cast : Gaeul, Jun, Super Junior, SHINee





“Kau!” mata Chun Li semakin membelalak. “Jadi? Bagaimana? Apa kau akan benar-benar melakukannya?” Chun Li menelan ludah dengan susah payah. “Ya ampun… memalukan sekali!” Chun Li kembali menggunakan topengnya dan beranjak pergi. “Hey tunggu! Apakah kau tidak serius dengan yang kau ucapkan tadi?” Chun Li berdecak.
“Serius, tapi kenapa kau tidak langsung bilang saja kalau kau itu Haeya. Jadi aku tidak perlu secara terang-terangan memberitahumu tentang perasaanku.”
“Aku kan tidak tahu. Lagi pula aku baru tahu kalau gadis yang kau maksud adalah aku kan setelah kau membocorkan semuanya kepadaku.”
“Baiklah, baiklah.. aku tahu ini sebenarnya salah ku sendiri.”
“Jadi?” Chun Li mengambil nafas panjang… “Kita mungkin belum saling mengenal satu sama lain, hanya sekedar tahu… tapi.. apakah kau mau menjadi milikku?” jantung Chun Li serasa mau copot, diam-diam tangannya gemetaran. “Hemm, bagaimana yah?”
“Sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak kau masuk ke kelas kami.”
“Dan sebenarnya aku merasakan hal yag sama saat kita pertama bertemu.”
“Jadi kau milikku?”
“Tidak… aku milik tuhan dan orangtuaku. Tapi aku mau menjadi kekasihmu.” Haeya tersenyum membuat Chun Li sedikit tenang. Meskipun ini yang kesekian kalinya Chun Li menyatakan perasaan pada gadis tapi baru Haeya lah yang dirasakannya sungguh-sungguh. Tiba-tiba Chun Li bersin hingga 3 kali, “apakah kau sakit?” Tanya Haeya khawatir. “Tidak.. ini sudah biasa.”
“Apakah ini kebiasaanmu jika sedang gugup?”
“Bagaimana kau tahu?”
“Sejak tadi tanganmu gemetaran.” Oh my…. Pikir Chun Li serasa dirinya telah bertelanjang tubuh di depan para gadis, sungguh memalukan!

&&&


~Yuna Pov~

Jujur… pagi ini aku sangat malas olahraga, tapi ini sudah seperti kebutuhan. Jelas saja aku masih merasa mengantuk, tadi malam aku pulang jam 2 pagi dan tepat pukul 5 aku masih harus bangun untuk berolahraga sebelum akhirnya melakukan aktifitas lain.
“Nona… apakah anda sudah bangun?” itu pasti Jun… aku yakin dia juga sangat mengantuk. Aku berjalan dengan lemas berusaha membuka pintu dengan mata yang basih tertutup, sulit sekali membuka mata.
“Nona, saya minta maaf sebelumnya. Tapi saya rasa saya benar-benar tidak kuat untuk olahraga. Apakah anda tidak apa-apa jika di temani pelayan lain?” ucap Jun lemas dan malas.
“Sudah lah… aku juga tidak kuat.,-“ aku berusaha membuka mata. “Ya ampun! Matamu menyeramkan sekali, lebih baik kita kembali tidur saja.” Ucapku masih dengan nada datar, bahkan walaupun aku kaget tidak ada nada terkejut di nada bicaraku. Mata Jun, salah… di sekeliling mata Jun sangat merah dan membengkak. Seperti tidak tidur hingga seharian, dua hari berturut-turut saja seperti ini pasti kelopak dan kantung mata Jun hitam juga besar.Ckckck… “Terima kasih banyak nona..”
“Yaya.. kau bisa pergi sekarang.” Aku kembali menutup pintu dengan lemas dan kembali memejamkan mata lalu berjalan ke atas kasur. Ya ampun.. betapa berharganya kasur dan bantal saat sedang lelah juga mengantuk seperti ini. Hwuaaahhh…

***

“Yuna! Bangun! Sudah siang ayo bangun…” seseorang menyentuh kakiku membuatku terlonjak. “Mama…” aku kembali tengkurap di atas selimutku yang sangat nyaman. “Heeehhh!! Udah siang ini, ayo ah! Anak perempuan kok bangunnya siang! Mandi cepet!” mama menarik lenganku dan mendorongku ke kamar mandi. “Cepet sana mandi!” mama akhirnya meninggalkanku, aku langsung berjongkok di depan toilet lalu kembali tidur.
“Ehh ini anak kok… mandi ah cepet!”
“Ahhh mama!” dengan malas aku mandi, aduh.. dingin! Tapi segar, mataku langsung bisa terbuka dengan lebar. Begitu selesai mandi ringtone I Want It That Way berdering.
“Ne. Yeoboseoyo, Yuna imnida.”
“Oh.. Yuna-ah, tadi Chun Li menghubungiku. Katanya untuk merayakan keberhasilan kita semua, ia mengajak kita untuk menonton film bersama. Lalu katanya ia mau kita semua pergi ke Lotte World bersama-sama.”
“Yeong-hwa gamsang (pergi menonton)? Ya ampun… apakah Chun Li tidak lelah. Tapi baiklah.. pukul berapa? Dan bertemu di mana?”
“Li bilang kita bertemu di sekolah, baru setelah itu kita berangkat dengan van miliknya. Jangan lupa bilang pada Jun bahwa dia harus ikut, ok?”
“Baiklah, akan aku sampaikan padanya.”
“Annyeong, sampai bertemu di sekolah. Saranghae.”
“Eum, natdoh… eh! Sunbae oppa, myeosijjeum?”
“Eum.. ahopsi. Bye-bye.” Aku mangut-mangut. “Ne.. bye-bye.” Hubungan di putuskan. Berarti sekitar dua jam lagi.. kenapa harus jam 9 sih?
Sekarang aku harus sibuk memilih baju mana yang pantas di pakai.. ckck! Merepotkan. Nah! Aku baru ingat… aku adalah gadis culun! Ya tuhan… sekarang apa lagi. Culun atau tidak yah.. tapi aku malu kalau harus tampil buruk di depan Donghae oppa. Aduhh!! Sudahlah, tunjukkan saja dirimu yang sebenarnya.
“Jun! Kita ada jadwal hari ini.” Jun keluar dari kamarnya masih dengan pakaian tidur. “Ya ampun! Kau ini kenapa jam segini baru bangun? Cepat mandi… kita harus pergi menonton dan rekreasi di Lotte World. Tidak usah banyak tanya kau punya waktu 10 menit untuk siap-siap dan setelah 10 menit kau harus sudah selesai lalu makan 5 menit dan kita langsung berangkat. Cepat!” aku mendorongnya kembali masuk ke kamar. Aku menunggu di depan pintu kamarnya hingga tepat 10 menit berlalu aku langsung menerobos masuk ke dalam kamar Jun. Larangan nomor 5! Pelanggaran? Siapa perduli!
“Hey kau!” seruku begitu melihat Jun dengan pakaiaannya yang sudah rapih kembali membaringkan tubuh di atas kasur. Jun yang kini terduduk akibat seruanku tadi masih diam dengan mata tertutup, bajunya terlihat lecak akibat di pakai tidur. “Ah! Cepat sedikit! Ganti pakaianmu!” aku melemparkan kaos hitam, vest abu-abu dengan hooded dan celana jeans hitam. “Jika aku kembali kau masih belum siap aku tidak akan ragu-ragu untuk memecatmu! Salah.. memecat ayahmu!” aku keluar dan membanting pintu kamar.
“Agassi.. apa yang anda lakukan di kamar Jun?”
“Diam kau! Tidak usah ikut campur! Ambilkan sneaker putihku!” aku membentak salah satu pelayan dengan kesal. “Hey! Antarkan makanan untuk Jun! Cepat!” teriakku dari lantai dua, sedangkan pelayan yang berada di bawah buru-buru berlari ke dapur.
“Agassi sebaiknya anda makan, biar kami yang antarkan makanan ke kamar Jun.” pelayan Yong menawarkan, aku sangat menghormatinya di sini. Dia tidak menjabat.. hanya pelayan biasa, tapi dia telah setia dengan papaku sejak papa masih remaja. “Agassi, ini sneaker yang anda minta.”
“Berikan pada Jun. Aku mau dalam waktu setengah jam semua sudah siap di dalam mobil, Jun di dalam mobil dan supir sudah siap! Masukkan semua yang aku butuhkan!”
“Memang anda mau kemana?”
“Aku ada acara bersama teman-teman. Pertama kami akan pergi menonton lalu bermain di Lotte World. Aku harus ada di sekolah jam 9 baru kami berangkat bersama, tapi aku harus sampai 5 menit lebih awal karena aku harus menyembunyikan identitas.”
“Baiklah agassi, sekarang anda makan saja dulu. Kami akan menyiapkan segalanya, begitu juga Jun.” aku menurut dan segera turun untuk makan.

&&&

~Donghae Pov~

“Sunbae oppa!” aku menoleh ke sumber suara tersebut, aku yakin betul Yuna yang memanggilku. Tapi… siapa gadis itu? Rambut panjangnya di ikat ke sebelah kiri kepalanya, keningnya tertutup ponny lurus se-alis. Ia mengenakan kemeja putih dengan kancing di biarkan terbuka dan lengan kemeja di gulung hingga siku, di dalam kemeja tersebut ia mengenakan t-shirt kuning. Ia menyambung pakaian bagian atas dengan rok rample dengan panjang hingga lutut, berwarna putih dengan corak hijau kuning. Dan terakhir sneaker putih bersih dengan campuran hijau yang terlihat seperti di cipratkan ke sepatu. Apakah gadis itu benar Yuna?
Tidak lama seorang laki-laki datang mendekati gadis tersebut, dan kini aku yakin dia Yuna. Aku baru sadar kalau ternyata Jun bertubuh tinggi, di umurnya yang masih kisaran 12 tahun tingginya sudah mencapai 165 cm. Aku menghampiri keduanya, belum jauh aku melangkah seseorang memanggilku.
“Ya ampun… Donghae-ku sudah tiba!” aku menoleh dengan kesal, belum sampai aku berbalik Chun Li sudah menerjangku. Reflek aku berjongkok, sehingga sasaran Li meleset dan ia terjatuh sendiri. “Apakah sakit? jika kurang sakit aku akan membawa truk dan melindasmu.”
“Hah! Sial sekali pagi ini!” Li bangkit sambil menepuk-nepuk celana putihnya yang kotor kena tanah kering. “Gaeul?” Aku terkejut melihat penampilan Gaeul hari ini. Tidak biasanya ia menggunakan semi-dress yaa walaupun tetap memakai stocking tapi.. tetap saja berbeda. “Berhenti memandangku seperti itu! Memalukan tahu! Ini semua karena oppa!” Gaeul menendang celana putih Li dengan flat shoes birunya.
“Ya! Kau cari mati ya?!” seru Li kesal, celananya kini memiliki bercak sepatu.
“Yuna!!!” panggil Gaeul begitu menyadari Yuna berada tidak jauh dari mereka. “Ya ampun.. kau sangat cantik!”
“Tidak, kau lebih cantik. Terima kasih.”
“Cantik?! Ya ampun.. menjijikan! Ini gara-gara si Chun Li! Dia memaksaku berpakaian seperti ini katanya.. “Kau harus lebih memikat Jun, jangan sampai dia menjauhimu karena gayamu terlalu tomboy!” dan bla..bla..bla.. laki-laki yang satu itu ingin sekali aku pukuli!” aku bisa mendengar ocehan Gaeul yang keluar dengan suara keras.
“Wah.. Jun! Kau keren! Dan aku baru sadar kalau kau itu tinggi.” Aku juga baru sadar.. “Terima kasih banyak.” Kenapa Jun tetap berbicara formal? “Hey! Baju kalian senada!” seru Gaeul padaku dan Yuna. Aku baru sadar kalau kami sama-sama mengenakan kemeja putih, hanya saja aku menggunakan celana coklat sedangkan sepatu warna putih kebiruan karena t-shirt ku warna biru.
“Dimana Haeya?” Tanya ku mengalihkan topik. “Sebentar lagi juga tiba.” Ucap Li sambil mengenakan mantel tanpa lengan warna hitam untuk melapisi t-shirt abu-abunya. Tidak lama sebuah mobil sedan silver berhenti di depan kami, seorang gadis dengan rambut panjang terurai, keluar dari mobil mengenakan celana pendek warna biru dengan t-shirt abu-abu polos berlengan panjang.
“Maaf terlambat.” Haeya tersenyum, aku tahu jantung Li berdegup kencang melihat senyuman itu… hahaha… bocah aneh!
“Hey, Gaeul! Kakimu akan lelah jika menggunakan flat shoes.” Haeya kembali masuk ke mobilnya dan keluar membawa sepasang sneaker warna hitam. “Aku pikir ukuran kaki kita hampir sama, jadi cobalah.” Gaeul menurut saja. “Lain kali jika akan berjalan-jalan jangan gunakan sepatu seperti itu jika kau tidak terbiasa.”
“Aku sebenarnya tidak ingin pakai sepatu itu, tetapi Chun Li oppa yang memaksaku.” Tuding Gaeul. “Kau ini! Ingin melukai adikmu ya?” Haeya memukul lengan Li dengan flat shoes Gaeul. “Hey kotor!”
“Ayo kita berangkat sekarang!” seru Haeya girang. “Yuna! Ayo!” aku memanggil Yuna agar mendekat pada kami. Satu persatu dari kami masuk ke limo milik Chun Li. Jujur aku sempat tertipu dengannya.. dulu ia mengaku bahwa kelurganya bangkrut sedangkan dia memiliki banyak tagihan kartu kredit. Aku membayarkan kartu kreditnya padahal saat itu aku sedang butuh uang tapi ternyata dia adalah anak orang kaya. Aku tidak menyangka bahwa Chun Li yang membayar SPP-ku hingga aku lulus dan dia sering kali membelikan aku barang. Jadi aku bisa berhemat, dia teman yang baik dan aku tahu maksud ia menipuku. Jadi aku justru merasa bangga karena aku sudah termasuk ke dalam golong orang-orang yang baik.

&&&

“Aku ingin menonton Phone!” seru Chun Li begitu keenamnya tiba di kasir. “Tidak! Aku tidak mau.. itu menyeramkan!” Tolak Haeya. “Kenapa? Kata orang-orang film ini seru!”
“Tapi aku tidak mau menonton film horror!” Gaeul ikut menolak..
“Sudahlah apa susahnya?!”
“Aku tidak suka film horror!”
“Kenapa? Hantunya kan tidak menyeramkan!”
“Seram tahu! Nanti aku tidak bisa tidur!”
“Tapikan itu hanya tipuan! Kenapa kau harus takut?”
“Kenapa kau mau menonton jika hanya tipuan?!”
“Aku hanya penasaran dengan ceritanya.”
“Ya sudah menonton saja sendiri!”
“Aku tidak mau.. lagi pula kita sudah di sini!”
“Sudah lah! Lebih baik lakukan gunting, batu, kertas! Semua suara seimbang, jadi kita harus melakukan itu.” Donghae menengahi. “Tidak! Sejak tadi Yuna dan Jun diam saja, kita harus tanya mereka!” elak Gaeul. “Yuna! Kau mau menonton Phone atau tidak?” Tanya Haeya. “Aku ikut saja.”
“Jun?” Tanya Chun Li penuh harap. “Entahlah.”
“Tetap lakukan gunting batu kertas!” paksa Donghae, dan pada akhirnya.. mereka harus menonton Phone. Chun Li bagian memesan tiket, dan dengan liciknya ia memilih 2 kursi bersebelahan untuk tiga deret. Dari E hingga G, tiga pasang kursi tersebut di pesan satu deret kebawah.
“Apa-apaan ini?! Kenapa tidak memesan satu deret ke samping saja? Kenapa harus satu deret ke bawah?!” seru Gaeul tidak terima. “Terima saja.”

***

“Yuna… aku mau bertanya sesuatu.” Ucap Donghae tiba-tiba begitu mereka menduduki bangku mereka. “Ne?”
“Kenapa kau memanggilku sunbae oppa?” Yuna mengertukan alisnya. “Kenapa? Apakah tidak suka?”
“Bukan begitu, aku hanya bertanya saja.”
“Hemm… entahlah, aku hanya merasa lebih baik. Tidak apa-apa kan?”
“Tentu saja.” Lampu bioskop mulai meredup dan film segera di mulai. “Yuna.”
“Ne?”
“Sebenarnya… apa hubunganmu dan Jun?” Yuna menoleh dan mengerutkan alis.



Will Be Continued
***
By : Karlie & Lana

3 comments:

  1. wiiiiih!!!seruuuu!yuna sama donghae nya dibikin more so sweet doooong!lana payah nih!kurang pengalaman ya lan?bwahahahahaha

    ReplyDelete
  2. Makasih... kekekeke~~
    Yang so sweet tuh yang kayak gimana sih??!! emang ini kurang apa???

    ReplyDelete
  3. kurang apa aja boleeeh >.<"

    ReplyDelete

Please comment as Name/URL. Form URL nya gak di isi juga gak apa-apa. Yang penting tulis nama. Thanks!