Author : Karlie & Lana
Chapter 1
Part 2
Main Cast : Yuna, Donghae, Onew
Support Cast : Gaeul, Jun, SHINee
~Yuna Pov~
Pagi ini aku bangun dengan semangat luar biasa. Kalian sudah melewatkan kisahku selama 1 bulan rupanya. Jadi, setelah hari pertama itu aku menjalani hari seperti biasa hingga sosok seorang laki-laki kembali menarik perhatianku. Aku pikir aku terpesona pada senyumnya. Sungguh di sayangkan di abukan murid SMP di sekolahku, tapi dia alumni SMP ini. Dia kini bersekolah di SMA swasta terbagus di Seoul dan letak SMA itu tepat di sebelah SMP ku karena rupanya pemiliknya sama. Kkkk~~!
Beruntungnya lagi, dia teman kakak pertama Ga'eul! Jadi kini aku sudah tahu siapa nama laki-laki itu, Lee Donghae. Ga'eul, jika di lihat dari nama pasti yang terlintas di pikiran dia adalah orang yang lembut, pendiam, tenang, imut, sopan dan anggun. Tapi tidak! Dia satu-satunya anak perempuan di keluarga dari 4 bersaudara.
Dia anak ke tiga, adiknya laki-laki masih berumur 4 tahun jadi Ga'eul adalah gadis kesayangan keluarga. Kakak dan orangtuanya sangat mendambakan Ga'eul bersikap seperti seorang "gadis remaja". Aku baru kenal dengan keluarganya tidak sampai satu bulan tapi aku sudah di anggap seperti bagian dari keluarga itu karena mereka mendambakan anak sepertiku..kkk~~ Ga'eul, Ga'eul!
***
"Yuna, kamu mau naik mobil yang mana hari ini?"
"Aku mau naik sepeda." sudah kuduga, aku pasti mendapat pertanyaan itu, "Ada angin apa nih? Kenapa tiba-tiba mau naik sepeda ke sekolah?" aku meneguk susu-ku. "Angin cinta,-' aku tertawa dan melanjutkan kalimatku, "sudah 1 bulan aku tinggal di Seoul tapi aku belum menjadi seorang gadis di kehidupan biasa." kali ini aku meneguk habis susu-ku. "Terserah saja, kalau kamu suka ya udah gak apa-apa. Oh ya, hari ini papa kamu mau berangkat ke Austria. Gak ucapin salam dulu?" belum selesai mama bicara aku sudah ngeloyor pergi.
"Enggak! Aku bosen! Pergi aja setiap hari, aku gak perduli!" aku setengah berteriak lalu masuk ke garasi dan membanting pintu. Sebenarnya bukan kebiasaanku bersikap kasar pada mama ku, tapi anak mana sih yang tidak kesal kalau papa nya pergi terus?
"Naik sepeda lebih asik kan?" tanyaku pada Jun yang bersepeda di sebelahku. "Iya nona, lebih segar di banding naik mobil." Aku baru menyadari bahwa pagi hari di kota Seoul seperti sedang shooting drama atau pembuatan video klip. Guru TK yang membawa murid-murid nya berkeliling, wanita karir duduk di cafe dengan agendanya, anak sekolah berjalan bersama, sapaan dan senyuman tersebar di mana-mana dan masih banyak lagi aktifitas menarik yang di kerjakan penduduk di sini.
"Nona!" sentakan itu membuatku menarik rem keras-keras hingga perutku membentur setang sepeda dan ambruk ke kiri. Untung saja Jun cukup kuat menahan sepedanya, sehingga setidaknya aku tidak jatuh tertimpa sepeda dan menimpa sepeda. Tangan kiriku terluka, ck! Harusnya aku menggunakan pengaman! Sakit juga ternyata berdarah.
"Jweosohamnida. Kincana?" bagaimana bisa dia bertanya pertanyaan basa-basi itu?! kenapa dia tidak bertanya saja kau ingin makan apa, sekolahmu di mana, siapa nama mu atau maukah kau menjadi pacarku?! Kenapa semua orang harus bertanya, apa kau baik-baik saja padahal dia melihat tanganku berdarah!? Aku mendongak berusaha melihat wajahnya. "Yuna, apa kau bisa bangun?" Jun berusaha membantuku berdiri. "Ah! Sakit tahu!" aku memukul Jun karena kakiku tersangkut di sepeda tapi dia tetap menarik ku berdiri. Aku kembali melihat orang tersebut...... Apa?! Donghae? Oh salah... Donghae oppa??!!!! Is it a miracle? (Life couldn't get better.. Hey~ ! eh salah.. kan ceritanya donghae belom jadi artis.. jadi tuh lagu belom ada. Ulang lagi adegannya!) Is it a dream? A dream or a nightmare? "Dia tidak apa-apa, aku akan mengurusnya." Jun!!!!!!!
"Oh, baiklah. Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, seharusnya aku melihat dulu sebelum menyeberang." Ya ampun ternyata dia benar-benar tampan, senyumnya!!! Kalian harus lihat senyumannya... ya tuhan!!! "Kami berdua juga salah, jadi kita impas." aku menyambung, "Baiklah, sekali lagi aku minta maaf yah." Donghae oppa tersenyum! Ya.. tersenyum padaku! Oh tuhan... apakah sekarang aku sudah menjadi artis? Ini bagian dari skenario manusia atau skenario-mu tuhan?
"Ya, aku juga." jawabku sok tenang. Donghae oppa berjalan pergi, tapi mau kemana? Bukannya dia sekolah? Apa yang dia lakukan? kenapa dia tidak satu arah denganku? Di mana rumahnya? Apa dia mau kembali pulang? Apa ada barang yang tertinggal? Atau mungkin ingin sarapan? Atau menjemput temannya?
"Nona... Nona... Nona... Yuna!" seru Jun akhirnya membuyarkan lamunanku. "Tidak kah dia tampan?" tanyaku. "Tidak." datar sekali dia menjawab! "Bagaimana tidak? Tidakkah kau melihat senyumnya yang mempesona itu?" tanyaku lagi. "Tidak." ya tuhan! "Benarkah tidak? Tidakkah kau lihat matanya yang indah itu? Ini seleraku yang jelek atau kau iri ingin aku puji juga?" desakku. "Tidak." orang ini! Keterlaluan sekali sih! "Tidak! Tidak! Tidak! Dari tadi jawabanmu hanya tidak saja! Kau ini maunya apa sih?" aku kesal! "Tidak ada." kini aku mengerutkan wajahku dalam-dalam. "Haaah! Tidak lagi - tidak lagi! Tidak adakah bahasa yang lain?!" kali ini di sertai gelengan pelan. "Tidak ada." tanganku gatal ingin mencekiknya. "Berhenti mengucapkan kata tidak!"
"Tidak bisa dan tidak akan, dalam hidup kita butuh mengucapkan kata tidak. Aku tidak bisa bilang dia tampan atau tidak, Aku tidak bisa melihat senyumnya yang mempesona, aku tidak bisa melihat matanya yang indah, aku tidak ingin di puji, aku tidak bilang seleramu jelek, aku tidak ingin apa-apa, aku tidak bisa berhenti mengatakan tidak dan tidak akan pernah berhenti dan aku tidak akan pernah bisa bilang bahwa seorang laki-laki tampan karena aku adalah laki-laki. Yang aku bisa hanya mengetakan seorang gadis itu cantik atau tidak, aku hanya bisa melihat senyum mempesona seorang gadis, aku hanya bisa menatap mata indah seorang gadis, aku hanya bisa memuji seorang gadis, aku hanya berselera pada seorang gadis dan aku hanya menginginkan seorang gadis. Karena aku adalah seorang laki-laki. Cukupkah jawaban dariku? Kalau begitu kita ke klinik sekarang juga!" Aku tercengang. Tidak! Aku mendelik. Tidak! Aku menganga. Ya! aku terkejut. Makan apa dia pagi ini? Apakah dia marah? Siapa dia pagi ini? Apa yang di baca tadi malam? Ada apa dengan mulutnya? Benarkah ini akan menjadi kalimat terpanjang dalam sejarah Jun? Akankah dia kembali berbicara sepanjang ini? Inikah dia yang sebenarnya? Bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat sepanjang ini? Jika karena marah, sejak kapan dia menahan marahnya? Berapa lama tadi dia berbicara? Kenapa dia mendadak seperti ini? Kenapa aku mendadak seperti ini? Apakah dia luar biasa? Ya... kalimatnya, luar biasa.
"Sampai." aku mendengarnya berbicara, tapi aku masih tercengang. "Nona." 2 detik kemudian. "Nona." 2 detik kemudian. "Yuna-ssi!" baru aku berhasil membuyarkan lamunanku karena ia mengguncangkan bahuku. "Kita harus cepat." Cepat? Harus apa? Apa yang akan kita lakukan? "Memang harus apa?" Jun mengerutkan alisnya. "Obati lukamu sebentar lagi sekolah di mulai." Ya tuhan.. bahkan aku baru ingat kalau tanganku sejak tadi mengucurkan darah dan aku baru sadar sekarang aku sudah ada di klinik. Gila!
&&&
~Donghae Pov~
Aku memasuki gedung sekolah, seperti biasa Chun Li pasti sedang bermain basket dengan yang lain. Aku meletakkan tas ku di atas meja, memeriksa apakah ada barang yang aku tinggalkan atau adakah barang yang jatuh saat tadi aku hampir tertabrak 2 anak SMP dengan sepedanya. "Donghae-ssi, apa kau pagi ini sudah makan?" pasti Sang Yun. "Seperti biasa." jawabku cuek tapi berusaha tetap sopan. "Apa Donghae-ssi, mengerjakan tugas hari ini? Apa kau membawa buku matematika mu? Apakah semalam kau tidur nyenyak." Ck.. walaupun pagi ini pertanyaannya berbeda dari kemarin pagi, tapi pertanyaan ini sudah dia tanyakan sehari sebelum kemarin. "Berhenti memanggilku tuan. Kau seumuran denganku, gunakan bahasa yang sewajarnya. Apa kata orang kalau mendengarmu memanggilku Donghae-ssi?" aku yakin dia terkejut mendengarku berbicara padanya sepanjang ini. Dasar gadis aneh, wajahnya begitu merona mendengarku berbicara panjang padanya. Ya ampun!
"Ya Sang Yun! Berhenti menggoda temanku! Pergi sana!" seru seeorang dari pintu masuk. Aku melihat wajah Sang Yun kesal, ia mengerutkan alisnya lalu mengalah. "Dah Donghae, nanti kita bicara lagi ya." Aku hanya tersenyum simpul. "Dasar laki-laki tampan!" aku berhasil menangkis lemparan bola Chun Li. Cowok yang satu ini lebih senang di panggil Li saja atau Chun chu. Li duduk di sebelahku, "Susu, mau?" aku mengambil susu tersebut. "Masih tidak bisa tidur?" aku termangu memandangi ujung kardus susu yang kini telah terbuka. "Entahlah." Aku meneguk susu tersebut. "Jika masalahmu terasa semakin berat kau harus cerita padaku, dan aku akan turun tangan. Kita adalah sahabat! Berhenti bilang tidak enak! Kau berjasa banyak padaku, mulai dari mengajariku matematika, komputer sampai membayar tagihan kartu kreditku."
"Ya ampun, jangan mengungkit masalah yang satu itu! Tidak sepenuhnya atas bantuanku, semuanya kembali pada tuhan." tatapan Li berubah malas.. hahaha, aku sudah tahu bahwa tatapannya akan seperti itu. Aku sebenarnya kurang tahu tentang ini, tapi dia selalu bersikap malas jika dikaitkan dengan agama. "Maaf, maaf." aku tersenyum licik padanya dan seperti biasa dia pasti akan memukulku dengan bernda yang ada di dekatnya.
"Ayo anak-anak! Semuanya duduk di tempat masing-masing, ibu akan mengenalkan murid baru. Chun cu! Berhenti menjaili Jung!" aku tertawa. "Inikan sudah 1 bulan, kenapa anak barunya baru masuk sekarang?" cetus ketua kelas. "Karena itu aku akan menjelaskannya pada kalian." kami diam menurut. "Kau boleh masuk sekarang." Panggil wali kelas-ku, siapa dia? Wanita atau laki-laki? Aku berharap kelas ini hanya berisi laki-laki. Aku terus menatap pintu masuk lekat-lekat, menanti siapa yang akan masuk ke dalam kelas. Ayolah... aku berharap sepenuhnya padamu tuhan, jangan sampai murid baru itu perempuan. Murid-murid lain sibuk mengobrol tidak perduli dengan anak baru tapi tiba-tiba saja keadaan sunyi begitu seseorang melangkah memasuki pintu kelas.
Will Be Continued
***
By Karli
Support Cast : Gaeul, Jun, SHINee
~Yuna Pov~
Pagi ini aku bangun dengan semangat luar biasa. Kalian sudah melewatkan kisahku selama 1 bulan rupanya. Jadi, setelah hari pertama itu aku menjalani hari seperti biasa hingga sosok seorang laki-laki kembali menarik perhatianku. Aku pikir aku terpesona pada senyumnya. Sungguh di sayangkan di abukan murid SMP di sekolahku, tapi dia alumni SMP ini. Dia kini bersekolah di SMA swasta terbagus di Seoul dan letak SMA itu tepat di sebelah SMP ku karena rupanya pemiliknya sama. Kkkk~~!
Beruntungnya lagi, dia teman kakak pertama Ga'eul! Jadi kini aku sudah tahu siapa nama laki-laki itu, Lee Donghae. Ga'eul, jika di lihat dari nama pasti yang terlintas di pikiran dia adalah orang yang lembut, pendiam, tenang, imut, sopan dan anggun. Tapi tidak! Dia satu-satunya anak perempuan di keluarga dari 4 bersaudara.
Dia anak ke tiga, adiknya laki-laki masih berumur 4 tahun jadi Ga'eul adalah gadis kesayangan keluarga. Kakak dan orangtuanya sangat mendambakan Ga'eul bersikap seperti seorang "gadis remaja". Aku baru kenal dengan keluarganya tidak sampai satu bulan tapi aku sudah di anggap seperti bagian dari keluarga itu karena mereka mendambakan anak sepertiku..kkk~~ Ga'eul, Ga'eul!
***
"Yuna, kamu mau naik mobil yang mana hari ini?"
"Aku mau naik sepeda." sudah kuduga, aku pasti mendapat pertanyaan itu, "Ada angin apa nih? Kenapa tiba-tiba mau naik sepeda ke sekolah?" aku meneguk susu-ku. "Angin cinta,-' aku tertawa dan melanjutkan kalimatku, "sudah 1 bulan aku tinggal di Seoul tapi aku belum menjadi seorang gadis di kehidupan biasa." kali ini aku meneguk habis susu-ku. "Terserah saja, kalau kamu suka ya udah gak apa-apa. Oh ya, hari ini papa kamu mau berangkat ke Austria. Gak ucapin salam dulu?" belum selesai mama bicara aku sudah ngeloyor pergi.
"Enggak! Aku bosen! Pergi aja setiap hari, aku gak perduli!" aku setengah berteriak lalu masuk ke garasi dan membanting pintu. Sebenarnya bukan kebiasaanku bersikap kasar pada mama ku, tapi anak mana sih yang tidak kesal kalau papa nya pergi terus?
"Naik sepeda lebih asik kan?" tanyaku pada Jun yang bersepeda di sebelahku. "Iya nona, lebih segar di banding naik mobil." Aku baru menyadari bahwa pagi hari di kota Seoul seperti sedang shooting drama atau pembuatan video klip. Guru TK yang membawa murid-murid nya berkeliling, wanita karir duduk di cafe dengan agendanya, anak sekolah berjalan bersama, sapaan dan senyuman tersebar di mana-mana dan masih banyak lagi aktifitas menarik yang di kerjakan penduduk di sini.
"Nona!" sentakan itu membuatku menarik rem keras-keras hingga perutku membentur setang sepeda dan ambruk ke kiri. Untung saja Jun cukup kuat menahan sepedanya, sehingga setidaknya aku tidak jatuh tertimpa sepeda dan menimpa sepeda. Tangan kiriku terluka, ck! Harusnya aku menggunakan pengaman! Sakit juga ternyata berdarah.
"Jweosohamnida. Kincana?" bagaimana bisa dia bertanya pertanyaan basa-basi itu?! kenapa dia tidak bertanya saja kau ingin makan apa, sekolahmu di mana, siapa nama mu atau maukah kau menjadi pacarku?! Kenapa semua orang harus bertanya, apa kau baik-baik saja padahal dia melihat tanganku berdarah!? Aku mendongak berusaha melihat wajahnya. "Yuna, apa kau bisa bangun?" Jun berusaha membantuku berdiri. "Ah! Sakit tahu!" aku memukul Jun karena kakiku tersangkut di sepeda tapi dia tetap menarik ku berdiri. Aku kembali melihat orang tersebut...... Apa?! Donghae? Oh salah... Donghae oppa??!!!! Is it a miracle? (Life couldn't get better.. Hey~ ! eh salah.. kan ceritanya donghae belom jadi artis.. jadi tuh lagu belom ada. Ulang lagi adegannya!) Is it a dream? A dream or a nightmare? "Dia tidak apa-apa, aku akan mengurusnya." Jun!!!!!!!
"Oh, baiklah. Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, seharusnya aku melihat dulu sebelum menyeberang." Ya ampun ternyata dia benar-benar tampan, senyumnya!!! Kalian harus lihat senyumannya... ya tuhan!!! "Kami berdua juga salah, jadi kita impas." aku menyambung, "Baiklah, sekali lagi aku minta maaf yah." Donghae oppa tersenyum! Ya.. tersenyum padaku! Oh tuhan... apakah sekarang aku sudah menjadi artis? Ini bagian dari skenario manusia atau skenario-mu tuhan?
"Ya, aku juga." jawabku sok tenang. Donghae oppa berjalan pergi, tapi mau kemana? Bukannya dia sekolah? Apa yang dia lakukan? kenapa dia tidak satu arah denganku? Di mana rumahnya? Apa dia mau kembali pulang? Apa ada barang yang tertinggal? Atau mungkin ingin sarapan? Atau menjemput temannya?
"Nona... Nona... Nona... Yuna!" seru Jun akhirnya membuyarkan lamunanku. "Tidak kah dia tampan?" tanyaku. "Tidak." datar sekali dia menjawab! "Bagaimana tidak? Tidakkah kau melihat senyumnya yang mempesona itu?" tanyaku lagi. "Tidak." ya tuhan! "Benarkah tidak? Tidakkah kau lihat matanya yang indah itu? Ini seleraku yang jelek atau kau iri ingin aku puji juga?" desakku. "Tidak." orang ini! Keterlaluan sekali sih! "Tidak! Tidak! Tidak! Dari tadi jawabanmu hanya tidak saja! Kau ini maunya apa sih?" aku kesal! "Tidak ada." kini aku mengerutkan wajahku dalam-dalam. "Haaah! Tidak lagi - tidak lagi! Tidak adakah bahasa yang lain?!" kali ini di sertai gelengan pelan. "Tidak ada." tanganku gatal ingin mencekiknya. "Berhenti mengucapkan kata tidak!"
"Tidak bisa dan tidak akan, dalam hidup kita butuh mengucapkan kata tidak. Aku tidak bisa bilang dia tampan atau tidak, Aku tidak bisa melihat senyumnya yang mempesona, aku tidak bisa melihat matanya yang indah, aku tidak ingin di puji, aku tidak bilang seleramu jelek, aku tidak ingin apa-apa, aku tidak bisa berhenti mengatakan tidak dan tidak akan pernah berhenti dan aku tidak akan pernah bisa bilang bahwa seorang laki-laki tampan karena aku adalah laki-laki. Yang aku bisa hanya mengetakan seorang gadis itu cantik atau tidak, aku hanya bisa melihat senyum mempesona seorang gadis, aku hanya bisa menatap mata indah seorang gadis, aku hanya bisa memuji seorang gadis, aku hanya berselera pada seorang gadis dan aku hanya menginginkan seorang gadis. Karena aku adalah seorang laki-laki. Cukupkah jawaban dariku? Kalau begitu kita ke klinik sekarang juga!" Aku tercengang. Tidak! Aku mendelik. Tidak! Aku menganga. Ya! aku terkejut. Makan apa dia pagi ini? Apakah dia marah? Siapa dia pagi ini? Apa yang di baca tadi malam? Ada apa dengan mulutnya? Benarkah ini akan menjadi kalimat terpanjang dalam sejarah Jun? Akankah dia kembali berbicara sepanjang ini? Inikah dia yang sebenarnya? Bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat sepanjang ini? Jika karena marah, sejak kapan dia menahan marahnya? Berapa lama tadi dia berbicara? Kenapa dia mendadak seperti ini? Kenapa aku mendadak seperti ini? Apakah dia luar biasa? Ya... kalimatnya, luar biasa.
"Sampai." aku mendengarnya berbicara, tapi aku masih tercengang. "Nona." 2 detik kemudian. "Nona." 2 detik kemudian. "Yuna-ssi!" baru aku berhasil membuyarkan lamunanku karena ia mengguncangkan bahuku. "Kita harus cepat." Cepat? Harus apa? Apa yang akan kita lakukan? "Memang harus apa?" Jun mengerutkan alisnya. "Obati lukamu sebentar lagi sekolah di mulai." Ya tuhan.. bahkan aku baru ingat kalau tanganku sejak tadi mengucurkan darah dan aku baru sadar sekarang aku sudah ada di klinik. Gila!
&&&
~Donghae Pov~
Aku memasuki gedung sekolah, seperti biasa Chun Li pasti sedang bermain basket dengan yang lain. Aku meletakkan tas ku di atas meja, memeriksa apakah ada barang yang aku tinggalkan atau adakah barang yang jatuh saat tadi aku hampir tertabrak 2 anak SMP dengan sepedanya. "Donghae-ssi, apa kau pagi ini sudah makan?" pasti Sang Yun. "Seperti biasa." jawabku cuek tapi berusaha tetap sopan. "Apa Donghae-ssi, mengerjakan tugas hari ini? Apa kau membawa buku matematika mu? Apakah semalam kau tidur nyenyak." Ck.. walaupun pagi ini pertanyaannya berbeda dari kemarin pagi, tapi pertanyaan ini sudah dia tanyakan sehari sebelum kemarin. "Berhenti memanggilku tuan. Kau seumuran denganku, gunakan bahasa yang sewajarnya. Apa kata orang kalau mendengarmu memanggilku Donghae-ssi?" aku yakin dia terkejut mendengarku berbicara padanya sepanjang ini. Dasar gadis aneh, wajahnya begitu merona mendengarku berbicara panjang padanya. Ya ampun!
"Ya Sang Yun! Berhenti menggoda temanku! Pergi sana!" seru seeorang dari pintu masuk. Aku melihat wajah Sang Yun kesal, ia mengerutkan alisnya lalu mengalah. "Dah Donghae, nanti kita bicara lagi ya." Aku hanya tersenyum simpul. "Dasar laki-laki tampan!" aku berhasil menangkis lemparan bola Chun Li. Cowok yang satu ini lebih senang di panggil Li saja atau Chun chu. Li duduk di sebelahku, "Susu, mau?" aku mengambil susu tersebut. "Masih tidak bisa tidur?" aku termangu memandangi ujung kardus susu yang kini telah terbuka. "Entahlah." Aku meneguk susu tersebut. "Jika masalahmu terasa semakin berat kau harus cerita padaku, dan aku akan turun tangan. Kita adalah sahabat! Berhenti bilang tidak enak! Kau berjasa banyak padaku, mulai dari mengajariku matematika, komputer sampai membayar tagihan kartu kreditku."
"Ya ampun, jangan mengungkit masalah yang satu itu! Tidak sepenuhnya atas bantuanku, semuanya kembali pada tuhan." tatapan Li berubah malas.. hahaha, aku sudah tahu bahwa tatapannya akan seperti itu. Aku sebenarnya kurang tahu tentang ini, tapi dia selalu bersikap malas jika dikaitkan dengan agama. "Maaf, maaf." aku tersenyum licik padanya dan seperti biasa dia pasti akan memukulku dengan bernda yang ada di dekatnya.
"Ayo anak-anak! Semuanya duduk di tempat masing-masing, ibu akan mengenalkan murid baru. Chun cu! Berhenti menjaili Jung!" aku tertawa. "Inikan sudah 1 bulan, kenapa anak barunya baru masuk sekarang?" cetus ketua kelas. "Karena itu aku akan menjelaskannya pada kalian." kami diam menurut. "Kau boleh masuk sekarang." Panggil wali kelas-ku, siapa dia? Wanita atau laki-laki? Aku berharap kelas ini hanya berisi laki-laki. Aku terus menatap pintu masuk lekat-lekat, menanti siapa yang akan masuk ke dalam kelas. Ayolah... aku berharap sepenuhnya padamu tuhan, jangan sampai murid baru itu perempuan. Murid-murid lain sibuk mengobrol tidak perduli dengan anak baru tapi tiba-tiba saja keadaan sunyi begitu seseorang melangkah memasuki pintu kelas.
Will Be Continued
***
By Karli
Hwuaaaa~~~~ Donghae oppa!!!!
ReplyDeleteKeren deh.. lanjutin ya!
Arya di sini...
ReplyDeleteKeren deh... pingin nulis juga.. bisa gabung gak sih? Kalau bisa gimana caranya??
Thanks
@Arya :Makasih sebelumnya (mewakili penulis). Bisa kok, coba baca about this blog untuk info lebih lanjut.
ReplyDeleteThanks for reading and keep reading
fathiaaa said:
ReplyDeletesang yun itu siapanya donghae sih?
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMaaf yah di delete... Fathia.. maaf yah.. sebenernya Me udah jawab tapi jawaban itu ngebocorin ceritanya..
ReplyDeleteYang penasaran juga... mohon maaf.. ini bagian dari cerita..
Talita : Ckck! Iya aku juga penasaran.. dia cuma figuran atau ada hubungannya?
ReplyDelete