Chapter : 1
Part : 4
Main Cast : Donghae, Yuna, onew
Support Cast : Gaeul, Jun, SHINee, Super Junior~Donghae Pov~
Apa benar gadis yang di bicarakan Li seistimewa itu? Itu pertanyaan yang sejak tadi terlintas di benakku. Bel pulang berbunyi, kami semua merapihkan barang-barang. “Apakah kau penasaran dengan gadis itu?” aku menoleh mendengar pertanyaan Li. “Tidak. Biasa saja.”
“Jangan berbohong. Aku sudah mengenalmu semenjak kelas 1 SD, aku sudah tahu ciri - cirimu jika pensaran, berbohong atau yang lain. Bercerminlah dan berbohong maka kau akan tahu kalau wajahmu itu berubah saat berbohong.” Aku tidak menjawab dan terus berjalan dalam diam. Seperti biasa, Chun Li tidak pernah berjalan dalam diam, ada saja yang ia lakukan sambil berjalan bersamaku. Entah menyapa orang, menendang orang, bermain dengan basketnya dan yang lain.. tapi lebih sering dia berjalan sambil mengerjai orang lain. Bagiku sudah sangat biasa berjalan dengan teriakan gadis-gadis mengomeli Chun Li karena mengintip rok mereka.
Li tidak bermaksud apapun, hanya saja tangannya memang jahil. Tiada hari tanpa kejahilannya, kalau tidak ada yang marah dan memanggil nama Chun Li bukan Soanhwa High School namanya.
“Gaeul!” telingaku langsung penging mendengar teriakan lantang Li yang memanggil adiknya itu. Li berlari mendekati adiknya, sedangkan aku di tinggal begitu saja… lagi-lagi, seperti biasa -- Tiba-tiba langkahku terhenti begitu melihat seorang gadis dengan rambut panjangnya yang di ikat ekor kuda berada di belakang Gaeul. Lengan kirinya di perban, dan tepat di belakangnya berdiri seorang laki-laki memegang dua buah sepeda yang tadi pagi menabrakku. Tapi sepertinya gadis yang tadi pagi tidak menggunakan kacamata. Rambut gadis yang tadi pagi juga tidak di ikat, dan lagi tidak terlihat seculun itu.
Apakah dia yang bernama Yuna? Atau gadis yang tadi pagi bertemu denganku? Mereka berdua satu orang atau berbeda? Tapi dari ciri-ciri yang di sebut Li tadi, sepertinya Yuna tidak seperti ini.
~ Yuna Pov ~
“Annyeong haseoyo Chun Li oppa.” Aku membungkuk tanpa tersenyum. Sekolah adalah panggung drama bagiku. “Yuna-ah, aku akan memperkenalkanmu kepada temanku. Sebentar yah..” Chun Li menoleh kebelakangnya, dan sepertinya ia terkejut. “Ah sial… sepertinya dia tersesat… ahahahah! Maaf tidak lucu. Aku pikir dia harus cepat pulang, sayang sekali!”
“Sudah lah.. memangnya kau siapa? Sembarangan mengenalkan Yuna pada orang lain? Yun, Jun.. aku pulang duluan yah!” Jun tersenyum. “Sampai jumpa!” ucap kami berdua bersamaan. “Apa kau lapar?” aku mengambil sepedaku dari tangan Jun. “Tidak nona, tapi jika nona ingin makan saya akan ikut menemani.” Aku naik ke atas sepeda bersiap mengendarainya. “Baiklah, kalau begitu ayo makan!” kami berdua berkendara menjauhi sekolah dan mencari kedai di sekitar sekolah.
“Sepertinya restoran itu bagus.”
“Aku tidak ingin makan di restoran. Aku ingin makan di kedai kecil biasa.” Lalu aku memilih sebuah kedai yang tidak begitu ramai dan kami masuk ke dalamnya.
“Eoseo Oseoyo.” Sapa bibi pemilik kedai. “Annyeong haseoyo ajuma! Aku pesan sundubu 2, kimchi 2, miyeok-muchim 1 dan bibimbap. Minumnya apapun asal tidak berakohol. Tolong ya ajuma.”
“Baiklah.. segera aku antarkan!”
“Kenapa kau langsung memesan?” tanyaku begitu kami duduk di kursi. “Karena di kedai seperti ini tidak akan ada daftar menu, kita harus langsung memesan. Aku yakin nona tidak tahu apa yang harus di pesan, jadi aku pesankan makanan yang biasa di beli orang dan sudah sangat terkenal di luar Korea seperti kimchi dan bibimbap.” Aku menurut saja, dari pada salah. Tidak lama bibi pemilik kedai datang dengan pesanan Jun. Salah satu dari pesanan tersebut berbau pedas dan langsung menusuk hidung dan kerongkonganku.
“Emmph!”
“Ada apa? Pedas ya?” Tanya Jun. “Menurutmu?!” aku membuka kacamatku karena berembun terkena asap yang mengepul. “Maaf, aku lupa bilang agar tidak terlalu pedas. Ajuma… apakah kimchi ini pedas sundubu nya sangat pedas?”
“Tidak, tenang saja.” Aku mendesah, aku harus mencoba. “Silahkan di coba nona.” Aku menyendok kuah sundubu lalu menyeruputnya tanpa suara. “Emh! Ya tuhan!” Jun langsung menyodorkan air mineral di dalam sebuah gelas kepadaku. Dengan cepat aku mengambil minum tersebut dan meneguknya. Sial!!! Airnya panas! Aku berusaha tidak menyemburkannya keluar dan langsung menelannya.
“Nona, ada apa?” aku menutupi wajahku dengan tangan. “Ini, seka air matamu.” Aku mengambil tisu yang Jun berikan… apa yang orang lakukan jika lidahnya kepanasan atau kepedasan.. melet! Aku menutupi lidahku dengan tangan. “Kau keterlaluan! Sangat pedas tahu!” aku mengipas-kipas mulut dengan tangan kananku. “Sangat pedas kah?” Tanya bibi. “Ah.. tidak juga.” Aku berbohong. “Hisap ini… setidaknya sedikit membantu.” Aku menurut demi menghilangkan rasa pedas. “Apa benar sangat pedas.” Ujar Jun pelan lalu menyendok sundubu, tiba-tiba saja ia tersedak. Matanya berkaca-kaca, dengan cepat ia meneguk minumnya. Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak! Aku ingat waktu itu dia pernah bilang bahwa dia sangat suka memakan makanan pedas ala Korea , dan sekarang… dia merasa kepedasan.
“Tidak pedas kok.” Ledek ku sambil menyumpit kimchi. Kali ini aku yang tersedak, sumpah! Kimchinya sangat pedas.. tapi tidak pedas di lidah, pedasnya di kerongkongan… sakit sekali. “Sepertinya kita sama-sama tidak bisa memakan-makanan ini.” Ucap Jun sambil terus mendesah kepedasan. “Bagaimana jika aku menantangmu? Kalau aku bisa menghabiskan kimchi dan sundubu-ku maka kau harus berteriak Yuna cantik 5 kali di Han river dan memanggilku Yuna di rumah. Bagaimana?!”
“Tidak.. saya tidak bisa melakukan itu!”
“Harus! Sebaliknya, kalau aku kalah maka aku akan menuruti 2 permintaanmu. Oh ya! Plus cabai hijau ini.. karena satu paket!”
“Tapi nona…”
“Di mulai dari sekarang…!” aku mulai menyendok sundubu lalu memasukan kimchi ke mulutku. Dengan susah payah aku menahan pedas, demi sebuah kemenangan! Sedangkan Jun.. dengan mata yang berkaca-kaca dia berusaha memakan kimchi dengan cabai. Orang gila!
Hwuaaaa!!! Pedas… aku meneguk air di gelasku dan semakin merasa pedas. Air mataku menetes, begitu juga dengan Jun. Aduhhh gawat! Aku tidak kuat lagi! Kami berdua saling berpandangan dan tanpa di sadari kami mendesah dengan senada… tiba-tiba air mata kami jatuh bersamaan, dan akhirnya kami saling menertawakan. Aku tertawa karena baru pertama kali melihat Jun meneteskan air mata, sedangkan dia tertawa karena wajah pucatku berubah merah semerah tomat.
“Siapa yang akan mengangkat bendera putih duluan?” Tanya Jun. “Baiklah, baiklah… aku akui, tantangan ini berakhir.. kita seri! Hwuaaah sangat pedas.”
“Apakah nona akan baik-baik saja? Aku dengar nona alergi makanan pedas.” Ya tuhan! Aku baru ingat… “Ah? Itu…” aku mulai merasakan kulitku memanas… oh tidak, ottoekeh?! “Sudahlah, ayo pulang… aku akan bayar makanan ini, kau keluar duluan saja.” Aku bangkit dari duduk ku, menuju bibi pemilik kios.
“Ajuma… totalnya berapa?”
“300 ribu won saja.”
“Wah.. mahal sekali… beri aku diskon, ayolah! Aku akan sering-sering kemari dan mengajak teman-temanku. Bagaimana?” 300 ribu won? Murah sekali! Biasanya aku makan melebihi 500 dollar amerika.. oh tidak, aku hanya berlebihan saja. “Haa… dasar anak muda. Baiklah, aku beri diskon tapi hanya hari ini saja. Kebetulan aku sedang baik.”
“Ajuma baik sekali, cantik pula!” rayuku sambil membayar dan tersenyum licik. “Singkirkan senyum itu! Aigoo.. Sudah sana , kasihan teman laki-laki mu menunggu di luar terlalu lama.”
“Baiklah, tapi aku butuh toilet.”
“Masuk saja ke dalam.” Aku masuk mencari di mana toiletnya berada. Dapat! Aku langsung masuk dan bercermin, aku tidak menyangka kalau aku seculun ini di sekolah. Aku menggerai rambutku dan merapihkan ponny.
“Nona! Kenapa lama sekali? Sangat dingin berdiri di luar begini!” sembur Jun begitu aku keluar dari kedai. “Maaf aku habis dari toilet. Ayo pulang!” lalu kami berkendara sepeda pulang. Sesuai dugaanku, terlambat 5 menit saja aku pasti di serang dengan ribuan pertanyaan. Aku hanya berharap mereka tidak memerhatikan kulitku yang mulai memerah ini, aku tidak tahu harus jawab apa. Yang aku takutkan Jun adalah sasaran mereka, maka aku harus membela Jun.
“Agassi kenapa hari ini pulang terlambat?”
“Aku hanya pergi makan saja. Aku yang memaksa Jun, jangan salahkan dia!”
“Tapi agassi, koki telah membuat salad untuk anda.”
“Bosan! Aku mau makan makanan Korea , jadi aku mencari kedai untuk makan.” Para pelayan it uterus mengikutiku. “Tapi agassi, anda tidak boleh makan sembarangan.” Aku tiba di depan kamarku.
“Aku lelah! Pergi dan jangan omeli Jun atau kalian di pecat!” aku masuk ke kamar masih dengan berpura-pura bahwa aku baik-baik sajas. Begitu pintu kamar aku tutup dan ku kunci aku langsung berlari mencari obat alergiku di dalam lemari obat. Tidak ada! Eoddeokhae?! Ponsel! Dimana ponselku?
“Ma! Obat anti-allergy aku mana?”
“Anti yang aman? DEbu atau pedas?”
“Yang pedas.”
“Ini mama baru aja tebus obatnya. Kenapa?” aku mendesah. “Tidak apa-apa. Hanya kaget karena tidak ada di lemari obat. Obatnya sudah rusak?”
“Iya, kan sudah lama. Jadi mama minta yang baru.”
“Ne. Arayo, annyeong.” Dengan pasrah aku membaringkan tubuh di atas kasur, menanti kapan alergi ini akan benar-benar menyerangku dan membuatku menangis kesakitan. Kau tahu.. memiliki alergi terhadap sesuatu itu sangat menyakitkan. Ada yang bilang jika kita optimis dan memiliki stamina yang bagus maka alergi itu akan hilang saat kita memaksakan itu. Tapi larangan di rumahku yang membuatku belum pernah sekalipun memakan makanan pedas setelah di diagnosa memiliki alergi pedas.
&&&
“Agassi! Agassi!” kepala pelayang terus mengetuk pintu kamar Yuna. “Lebih baik kita dobrak pintunya, mungkin saja sesuatu telah terjadi dengan agassi.” Usul manager. Tanpa pikir panjang semua mendobrak pintu. Benar saja, Yuna dengan kemeja putih panjang sekolahnya tergeletak tidak berdaya di lantai. Tapi sepertiys Yuna sempat mengganti baju karena rok sekolahnya kini telah berganti dengan celana satin putih.
Tubuh kuningnya kini memerah, bibir pinknya pun lebih merah dari biasanya dan sangat kering bahkan di sudut bibirnya terdapat darah. “Cepat angkat agassi!” dengan panik 3 orang pelayan mengangkat Yuna dan membaringkannya di atas kasur. Jun cepat-cepat menghubungi dokter pribadi Yuna dan ibunya.
***
“Yuna! Ada apa denganmu?” Tanya Gaeul begitu melihat Yuna datang dengan masker hitam bertuliskan BSB di bagian tengah merekat menutupi mulut dan hidung Yuna. “Kau juga tidak pakai kacamata dan tumben sekali kau menggerai rambutmu.” Yuna terbatuk lalu menggerutu dalam hati, ‘sial! Kenapa aku bisa lupa menggunakan properti-ku di atas panggung drama!’
“Hey Yuna! Kemana kau dua hari yang lalu? Tidak masuk sekolah dan tidak memberi kabar. Jun juga tidak tahu kau kemana. Dan sekarang kau masuk dengan masker Backstreet Boys dan urakan begini. Ada apa dengan mata mu? Pasti kau kurang tidur!”
“Santai saja… ada sedikit masalah tiga hari yang lalu, dan sepertinya itu yang membuatku tidak masuk sekolah.” Sejujurnya Yuna baru bangun pagi ini tepat pukul 4 pagi setelah 3 hari terpejam di atas pembaringan tanpa gerakan sedikitpun. Bel masuk berbunyi, semua murid masuk ke dalam kelas di susul 5 menit kemudian wali kelas masuk.
“Apa kau tahu Yuna?”
“Aku harap tidak.” Celetuk Yuna dan langsung di sambut dengan jitakan dari Gaeul. “Apa kau masih ingat kakak-ku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang?”
“Tidak.” Jawab Yuna singkat, “maaf, bercanda. Memang siapa?”
“Kau pasti sangat terkejut.. sangat girang dan kau akan merasa seperti di surga!”
“Cepat katakana! Siapa?”
“Donghaeo oppa!” mata Yuna membelalak lalu keduanya menjerit kegirangan. Yuna lupa bahwa ia tidak bisa membuka mulutnya terlalu lebar akibat luka yang ia dapat karena memakan makanan pedas. Dan debu telah memperparah keadaan bibir Yuna, karena itulah sekarang Yuna harus menutupi mulutnya dengan masker.
“Ada apa?” Tanya Gaeul begitu melihat Yuna meringis. “Tidak apa-apa, hanya agak sakit saja.” Jun masih dengan cueknya makan tanpa perduli dengan topic pembicaraan keduanya. “Hey! Ngomong-ngomong, bagaimana caramu memakan makan siangmu jika kau menutupi mulutmu dengan masker.
“Oh iya, aku lupa!” Yuna membuka maskernya. “Ya tuhan! Ada apa dengan bibirmu?”
“Kenapa? Apakah berdarah?”
“Tidak. Tapi bibirmu bagus sekali… warnanya merah!”
“Hwuah! Aku pikir ada apa!”
“Tapi di sudutnya memang ada luka, apakah kau berkelahi?”
“Tentu saja tidak! Ini alergi. Aku nekat makan makanan pedas bahkan cabai hijau! Yaaa begini lah akibatnya. Tapi ini sudah lebih baik dari yang kemarin, lukanya tidak begitu basah. Jadi aku sudah boleh makan sekarang.”
“Ckckck… ada-ada saja yah yang namanya penyakit itu!”
&&&
~Donghae Pov~
Aku berjalan dengan sedikit kesal. Enak sekali Li memintaku menjemput adiknya, sedangkan dia malah asik mendekati Haeya. Dia bilang akan memperkenalkan Yuna padaku, apa-apaan itu!
Ya tuhan! Tadi pagi aku ketumpahan makanan Sang Yun, lalu tersiram air dari kran yang bocor lalu sekarang apa lagi?! Apakah aku benar-benar sedang sial hari ini? Di minta menjemput adik teman dan sekarang anak SMP ini terjatuh di depanku dan es krimnya terlempar dan medarat di jasku. Arghhh… ada apa sih dengan hari ini???!!!! Sialnya sama seperti sial jika bertemu dengan hantu dan sama seperti penyanyi yang saat sedang manggung kakinya di tarik oleh fans hingga ia jatuh dari panggung yang tingginya 2 meter. Lalu kakinya patah, saat berjalan ke pinggir dengan pengawalnya lampu panggung jatuh menimpanya dan di kabarkan hari itu juga ibunya meninggal. Lalu penyanyi tersebut terserang gagal jantung dan mati di tempat. (Ya ampun… naas sekali).
“Maaf kan aku sunbae, sungguh aku tidak sengaja.” Aku mendesah antara kesal, marah dan tidak tega. Ada apa dengan gadis itu? Kenapa ia menggunakan masker? “Baiklah, tidak apa-apa. Kau boleh pergi.” Ia membungkuk lalu berjalan pergi.
“Hey! Tunggu!” aku membaca name tag biru yang ada di tanganku. Gadis itu kembali berbalik ke arahku. Sekali lagi aku membaca name tag itu, dan memandangi wajahnya.
Dia?
Will Be Continued
***
fathia :waaaah,sukses bikin orang penasaran yaaa! keep writing guys! :)
ReplyDeleteLana said : Wekekeke ~~~ sebenernya gak niat bikin orang penasaran tapi... sengaja di potong buat part 5 nya.. ternyata jadi penasaran yah??? wehehehe... thanks for reading!
ReplyDeleteTalita say: Ihhh!!! Apaan tuh! Bikin penasaran aja! Udah nunggu lama-lama eh gak tahunya masih di bikin nunggu lagi! Di terima apa enggak sih?!
ReplyDeleteLana parah nih!!! Cepetan! Penasaran tahu!
Ita : Waduh... yang nulis berbakat abis! Keren! Keep write ya.. tulis yang lebih banyak dn lebih bragam! Pasti seru... berasa lagi nonton drama Korea.. bikin penasaran terus!
ReplyDeleteceritanya bagus gan, thanks ya
ReplyDeletesalam
Belajar SEO